Kejadian itu berlangsung kurang dari 5 menit, tidak selama aku berusaha untuk mendekatinya. Mataku sembab, mukaku memerah. Aku masih menyukainya, aku belum mau melepasnya, bahkan tidak mau..
"Bisa tidak kau tidak berdiri disitu?"
"Maaf, mbak, tapi ayah suruh kita makan." Jawab adikku dari balik pintu.
"Aku tidak lapar."
"Tapi, mbak....."
"Aku udah bilang tidak, yaudah tidak!" Bentakku.
Tidak ada jawaban,, tapi ada suara langkah kaki pelan. Aku kira ia sudah pergi.
Aku melanjutkan tangisku. Aku memejamkan mata, menjerit pelan. Belum mau, aku belum mau putus dengannya.
"Sian.." Ucapku pelan.
Setengah mati usahaku mendekatinya, tapi kini harus melepasnya sekarang juga. Enak saja ! Siapa yang bisa?!
Aku berangkat esekolah. Sepanjang perjalanan dilorong sekolah, seperti biasa orang-orang menatapku dengan sinis. Terdengar sayup-sayup suara orang dari ujung lorong. Lumayan keras.
"Vara putus dengan Sian." begitulah suaranya.
Aku lihat beberapa teman..., maksudku musuh perempuanku tersenyum. Mungkin mereka berfikir sekarang waktu yang tepat untuk mendekati Sian.
Lucu sekali, sudah pasti sangat sulit. Jika mudah sekalipun, aku akan menjadikannya sulit dengan menghancukan mereka satu persatu.
Dikelas aku lihat Sian duduk dikursiku. Seperti biasanya, tatapan cuek keluar dari matanya. Aku tidak mau kalah, aku mendekatinya, lalu menaruh tasku diatas meja. Ia menatapku dengan senyum menjebaknya. Tidak akan lagi aku terpengaruh dengan senyum manisnya yang sangat menawan itu.
Sian menjauh, pergi menuju tempat duduknya. Senyumpun terpancar dari bibirku. Bukan senyum yang biasanya aku pancarkan saat bertermu Sian. Ini berbeda. Ini senyum kebencian.
Aku merasakan sesuatu yang berbeda dari diriku. Aku merasa aku bukan aku.. Tapi inilah yang kenyataannya. Sian telah merubahku. Mengisi jiwaku dengan kebencian. Aku benci dia !
"Sian, aku bawa roti. Kamu udah sarapan belum?" Tanya Karen pada Sian. Dasar centil !
"Oh ga usah, aku udah sarapan. Lagi pula aku ga lapar." Jawab Sian lalu pergi.
Haha! Kasihan Karen. Tapi begitulah Sian. Harus sabar. Selama 5 bulan sebelum kami resmi menjadi sepasang kekasih, sikap itulah yang ditunjukan Sian padaku. Tapi aku jalani itu semua untuk menunjukan bahwa aku cinta dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar