Ada hal aneh yang sulit untuk aku mengerti, dan aku juga sangat mengaguminya. Akira. Menurutku Akira sangat hebat menyembunyikan perasaannya sampai-sampai tidak pernah terlihat ia sedang jatuh cinta pada seorang perempuan. Dan beberapa orang curiga karenanya.
"Aku tidak pernah lihat Akira suka pada perempuan." Kata Haruka.
"Benar juga ya. Sejak kelas 7 dia tidak pernah terlihat suka pada satu orang pun." Tambah Haruna.
"Akira tidak suka pada perempuan." Kata Geka.
Kami saling tatap menatap, lalu Haruka dan Haruna tertawa.
"Iya, mungkin saja seperti itu." Ucap Haruka.
"Hahaha.. Lihat saja, iya duduk selalu sangat dekat dengan Geka." Ledek Haruna.
Aku hanya tersenyum mendengar mereka, karena aku tau Akira masih dalam keadaan normal. Dari yang kudengar dari Karin yang merupakan teman SD Akira, Akira pernah suka sama seseorang yang tidak pernah ia temui lagi. Mungkin dia hanya trauma. Yaa.. Atau hal lainnya....
Pulang sekolah tidak sepert biasanya aku bersama Haruna dan Fuka. Biasanya aku hanya bersama dengan Karin karena arah kami pulang sama. Akan tetapi hari ini Haruna dan Fuka akan kerumahku untuk latihan tari untuk mengisi acara perpisahan kakak kelasku.
Akira juga akan ada disana dengan beberapa orang lainnya. Aku tidak tau apa yang akan ia kerjakan, akan tetapi mungkin bukan sesuatu yang sulit karena aku tau Akira dan yang lainnya tidak menyukai hal yang sulit.
Sambil menunggu angkutan umum datang, aku duduk memandangi Akira yang entah kenapa malah ada diseberang jalan., padahal rumah Akira satu arah denganku hanya saja lebih jauh.
Aku terus memandangnya dan diam. Saat itu aku mulai berpikir untuk apa memandanginya dari kejauhan seperti ini.
"Untuk apa aku memandangi Akira." Ocehku.
Karin yang duduk disebelahku menatapku lalu tersenyum. Karena merasa diacuhkan, aku kembali memandangi Akira. Lalu aku mengulang perkataanku.
"Untuk apa sih aku memandangi Akira." Ocehku lagi.
Kali ini Karin yang duduk disebelahku tertawa kecil melihat tingkahku. Dan tanpa sadar aku kembali melihat Akira lalu kembali mengulang perkataanku lagi. Lalu Karin menatapku lama.
"Kau sudah mengatakannya tiga kali." Katanya.
"Ah apa iya?" Tanyaku bingung.
Karin kembali tertawa kecil, dan aku hanya tersenyum.
Dirumahku, kami terus berlatih agar terpilih untuk dapat mengisi acara nanti, dan masalah datang saat kami membicarakan masalah style.
"Kita akan menggunakan baju apa?" Tanya Haruna.
"Kita lihat saja nanti.. Masalah baju itu mudah" Jawabku.
"Lalu rambut?" Tanya Fuka.
"Aku mau kuncir seperti biasa saja." Jawabku.
"Kenapa tidak kuncir........" Karin membisikan kami.
"Hah?" Tanya Fuka kaget.
"Apa jadinya aku nanti..." Kata Haruna.
"Tidak tidak.. Aku malu. Pasti aku ditertawakan oleh Keigo dan yang lain." Jawabku.
"Tapi itu bagus." Karin tetap pada pendiriannya.
Kami saling berdiam diri. Yaampun.. Aku harus menjadi berbeda dari diriku yang biasanya. Dan entah kenapa hal pertama yang aku bayangkan setelahnya adalah Akira. Akira lagi.. Tidak pernah jauh, dan belum pernah jauh.
"Yasudah. Kita coba nanti." Kataku. Latihanpun selesai.
**
Aku dan Karin duduk dipinggiran ruko dekat rumahku, sedangkan Fuka dan Haruna sudah pulang dari tadi. Banyak yang ingin aku ceritakan pada Karin, karena aku sedang butuh teman yang bisa aku ajak bercerita saat ini.
Biasanya aku menceritakan hal-hal bahagia kepada ibuku, tapi tidak dengan hal-hal sedih. Aku hanya memendamnya sendiri atau tidak bercerita kepada sahabat baikku.
"Aku ingin sepertimu, kau bisa dekat dengan semua anak laki-laki." Kata Karin.
"Kecuali Akira." Jawabku singkat.
"Benar juga.. Tapi setidaknya terlihat lebih menyenangkan. Bisa bercerita pada Geka, dan kau juga punya teman laki-laki lain. Karena itu Heichi seperti segalanya untukku, dia selalu mendengarkanku."
Aku tersenyum tipis, mengingat semua kisah-kisahku.
"Tapi aku lelah. Aku tidak bisa membedakannya. Cinta dan benci. Aku tidak tau bedanya."
"Setidaknya kau bahagia."
"Aku sangat bahagia saat tidak ada Akira didekatku. Karena aku bisa bercanda dengan Kei, Keigo, Geka, dan yang lain. Aku bebas tertawa. Tapi jika ada Akira semua jadi aneh. Tapi aku sangat mempedulikannya."
Karin bangkit dari tempat duduknya.
"Aku sudah harus pulang. Sebenarnya masih banyak yang ingin aku ceritakan padamu."
"Aku juga. Hati-hati yaa.." Aku melambaikan tangan pada Karin.
Aku sudah lupa bagaimana akhir yang bahagia itu. Aku tau, tapi tidak ingat pasti. Yang aku tau aku bahagia jika Akira tidak didekatku, aku bisa bebas jika dia tidak ada. Tapi disisi lain aku sering memikirkannya, dan aku tidak mengerti kenapa itu.
Yahh.. Kehidupan adalah misteri. Kau tidak akan tau sampai kan menggali kisahnya sampai keakar.. Aneh...