Jumat, 31 Mei 2013

Cerpen : "Medelion Keberanian"


Sharen terus menundukan kepalanya, memastikan bahwa didalam laci mejanya benar tidak terdapat benda berharga bersebut. Baru-baru ini Sharen telah menghilangkan medelion pemberian neneknya. Sebelumnya kalung itu tidak pernah ia lepas, tapi tiba-tiba kalung itu hilang entah dimana.

“Coba ingat-ingat.” Kata Karei, sahabat Sharen.
“Aku tidak bisa mengingat apapun. Bagaimana ini  Karei?” Tanya Sharen panik.

Si anak baru itu terdiam, namanya Hamalie, ia hanya menatap Sharen dan beberapa temannya yang terlihat ikut panik. Sejujurnya Hamalie ingin membantu tapi ia terlalu pemalu dan penakut.

“Sepertinya anak baru itu yng mengambil. Sejak tadi ia hanya diam saja.” Ujar Reo.
“Ah tidak mungkin, belum tentu seperti itu.” Kata yang lain.

Hamalie mendengarnya, tapi ia berusaha tetap diam memandang jemri tangannya sambil sesekali menatap kearah langit-langit kelas.

**

“Kau sudah mengatakan padanya?” Tanya ibu pada Hamalie.
“Aku takut bu, nanti aku ikut terjerat.” Kata Hamalie.
“Tapi kau memang telah menjadi bagian darinya sekaarng. Jangan takut, Tuhan selalu melindungi mereka yang jujur dan benar.” Ucap ibu.

**

Esoknya Sharen masih terlihat bingung mencari medelionnya yang hilang, lalu Hamalie mendatanginya.

“Menurutmu dimana medelionku berada?” Tanya Sharen tiba-tiba pada Hamalie.
“Maksudmu ini?”

Hamalie membuka genggaman tangannya dan terurailah sebuah kalung medelion cantik milik Sharen.

“Sepertinya tanpa sengaja kau menjatuhkannya. Maaf aku baru mengatakannya sekarang.”. Kata Hamalie lalu menyerahkan medelion itu pada Sharen.

“Ini terlalu berharga untukku. Terima kasih banyak.” Ucap Sharen.

Kamis, 30 Mei 2013

Sweetest Hurt 2 (Part 4 : Secarik Pesan dari Hati)



Ada saat dimana aku merasa beruntung
Beruntung karena aku dapat menyukai orang yang tepat
Meskipun rasa ini tidak benar
Tidak seharusnya untuk Akira

Ada saat dimana aku merasa senang
Karena rasaku yang tak terbalas
Sedikit menyakitkan
Tapi ini sedikit lebih baik


Akira, tidak pernah mengatakan apapun saat ia dan aku dibicarakan
Dan itu membuatku senang
Ia tidak pernah meremehkan atau menyakiti orang yang suka padanya
Dan itulah yang membuatku merasa dia tidak pernah salah..

Satu hal yang membuatku sering menggangguku
Aku dan Akira memiliki beberapa kesamaan yang terbilang unik
Tapi aku tidak bisa mengatakan apapun padanya tentang ini
Aku tidak bisa membicarakan tentang kartun kesukaan kami dengannya
Aku tidak bisa membicarakan tentang permainan online kesukaan kami bersama dia
Dan aku tertekan karenanya..

Aku hanya mampu berbicara tentang perasaanku lewat teman-temanku
Hanya mampu menuliskannya disecarik pesan..
Setiap kami mengobrol dengan terpaksa, selalu ada rasa kesal yang aku alami
Dia yang sedikit keras kepala dan tidak percaya diri, berlawanan dengan sifatku

Meskipun kami menyukai cukup banyak hal yang sama
Tapi sifat kami sangat berbeda
Dia jarang terlihat bersemangat, mulai dari tatapan matanya, cara ia berdiri dan duduk
Berbeda dengan aku yang sedikit berisik dan bersemangat

Tapi sifatnya membuatku merasa ia semakin berbeda
Ia lucu dan benar-benar berbeda..
Sangat berbeda dari temannya yang lain
Dan perbedaan itu membuatku semakin nyaman untuk bertahan menyukainya

Mengingat foto masa kecil Akira membuatku selalu ingin tertawa
Itu membuatku semakin merasa bahwa ia sangat berbeda..
Bahkan berbeda dengan ia yang sekarang..

Mungkin memang percuma menyukai Akira
Karena tidak mungkin ada akhir bahagia
Tapi sepertinya aku tidak akan menyesal
Secarik pesan dari hati, membuatku merasa tenang memiliki rasa ini

Bukan lagi sebuah cinta terpendam 
Tapi perasaanku padanya yang asli
Masih sebuah kisah yang tidak diketahui
Bahkan secarik pesan dari hati ini pun, tidak dapat mengungkap kebenarannya..

Senin, 20 Mei 2013

Sweetest Hurt 2 (Part 3 : Dibalik dukungan itu)



Akhir minggu berikutnya pun datang, saatnya murid-murid dikelas kami tes lari. Jadi, kami diberi waktu empat menit dan harus mengelilingi lapangan sebanyak-banyak mungkin. Aku tidak begitu baik dalam berlari, itu karena pernapasanku memang kurang baik sejak aku kecil.

"Startnya dari sini. Kelompok pertama bersiap, kelompok kedua akan menghitung."

Kelompok pertama, kedua, ketiga telah berlalu. Kebetulan, kelompokku bersebelahan dengan kelompok Akira, Geka, dan Shane, hanya saja mereka lebih dulu. Jadi saat mereka berlari, kelompok akulah yang akan menghitung.

"Kau menghitung Akira saja." Kata Kuran kepadaku.

"Nah, iya, itu kesempatan bagus." Ucap yang lainnya.

Aku hanya tertawa mendengar mereka.

"Kelompok empat bersiap, kelompok lima menghitung."

Orang-orang dari kelompokku berdiri dan mendekati garis start, dan orang-orang dari kelompok lima sudah bersiap digaris start. Karena aku berdiri persis dibelakang Geka, sensei menyuruhku untuk menghitungnya, sedangkan Haruna menghitung Shane, dan Akira dihitung oleh Karin!

Aku tertegun, merasa aneh dan lucu. Seluruh murid dikelas kami tau bahwa sejak dulu Karin menyukai Geka, sedangkan aku menyukai Akira, akan tetapi kali ini kami ditukar, dan disitu aku punya sebuah ide yang bahkan membuatku sedikit merasa semakin lucu.

"Geka semangat! Janagn sampai kalah!" Teriakku.

Karin menatapku dalam-dalam lalu tersenyum.

"Akira ayo cepat!" Teriaknya. Orang-orang dikelompok kami tertawa, termasuk aku dan Karin.

"Ayo Geka, jangan buat aku malu!" Teriakku semakin keras.

"Akira, jangan lama!" Karin tidak mau kalah.

Yuki dan Nara menatap kami dengan aneh, tatapan mereka sangat dalam dan aku sangat tau apa artinya itu.

"Kok kalian tertukar seperti ini?" Tanya mereka.

Kami berdua tetap tertawa.

Kemenangan berhasil aku raih, geka mendapatkan 8,5 putaran, sedangkan Akira hanya 7,5. Aku senang dan tersenyum penuh rasa kemenangan. Ya mungkin aku tidak bisa sendirian mengalahkan Akira, tapi pasti aku bisa. Haha..

Berikutnya giliran kelompokku yang berlari, hanya saja aku mendapatkan hasil yang parah sekali. Hanya 6,1 putaran. Mungkin kalian berpikir bagaimana cara menghitung bagian komanya, itu nilai dari sensei kami, jadi aku juga tidak mengerti.

Selesai jam pelajaran pertama ini, kami masuk kelas dengan seperti biasa, hanya saja saat kami masuk tiba-tiba kertas ulangan bahasa Inggris kami dibagikan. Apa aku pernah bilang sebelumnya bahwa kami bersekolah disekolah internasional? Jadi pelajaran bahasa Inggris sangat penting untuk kami.

Aku tersenyum memandang angka 90 yang tertera pada kertas ulanganku. Aku mengalihkan pandanganku pada meja Keigo, dan tepat! Aku menemukan kertas ulangan Akira disana. Aku melihat ada angka 80 disana. Aku tersenyum, untuk pertama kalinya aku menang dari Akira, jadi hidupku tidak akan selamanya menyedihkan.

Bel pulang berbunyi, sekolah hampir sepi saat aku dan Karin keluar dari ruang guru. Kami memiliki kebiasaan untuk menaruh atribute kelas dimeja wali kelas kami, seperti penghapus dan juga spidol.

".... Keigo, Kei, Kevin, Geka, Akira dari kelas 8-1..... Harap jangan pulang dulu, akan ada latihan tarian daerah untuk pelepasan kelas 9 nanti." Kata seseorang yang tidak lain tidak bukan adalah wali kelasku.

Ya, mereka berlima dan beberapa orang lainnya terpilih untuk membantu grup tari sekolah kami dalam mengisi acara pelepasan kelas 9 nanti, sepertinay aku juga akan mengisi acara nanti, tapi aku tidak tau juga, semoga saja berhasil.

Aku dan Karin melihat Geka sedang berjalan menuju Aula, aku tersenyum dan sepertinya akan lucu jika aku menyapanya didepan Karin.

"Geka, semangat ya!" Teriakku pada Geka.

Geka mengacungka kedua jempolnya padaku. Tak lama kemudian Akira datang menyusul Geka. Karinpun membalas dendam.

"Akira semangat!"

Sayang bukan seperti yang kudapatkan, Akira malah terus menatap kedepan dan...

"Cuihh!" Itulah yang malah keluar dari mulut Akira.

Spontan, Karin, dan Geka yang menyadaari hal itu tertawa dengan keras. Yahh, andai saja Akira tau, kalau aku ingin menyapanya seperti aku menyapa Akira. Tapi sayangnya aku hanya bisa menyamakan Geka dengan Akira, dan menganggapnya seperti itu...

Rabu, 15 Mei 2013

Sweetest Hurt 2 (Part 2 : Aneh)

Ada hal aneh yang sulit untuk aku mengerti, dan aku juga sangat mengaguminya. Akira. Menurutku Akira sangat hebat menyembunyikan perasaannya sampai-sampai tidak pernah terlihat ia sedang jatuh cinta pada seorang perempuan. Dan beberapa orang curiga karenanya.

"Aku tidak pernah lihat Akira suka pada perempuan." Kata Haruka.

"Benar juga ya. Sejak kelas 7 dia tidak pernah terlihat suka pada satu orang pun." Tambah Haruna.

"Akira tidak suka pada perempuan." Kata Geka.

Kami saling tatap menatap, lalu Haruka dan Haruna tertawa.

"Iya, mungkin saja seperti itu." Ucap Haruka.

"Hahaha.. Lihat saja, iya duduk selalu sangat dekat dengan Geka." Ledek Haruna.

Aku hanya tersenyum mendengar mereka, karena aku tau Akira masih dalam keadaan normal. Dari yang kudengar dari Karin yang merupakan teman SD Akira, Akira pernah suka sama seseorang yang tidak pernah ia temui lagi. Mungkin dia hanya trauma. Yaa.. Atau hal lainnya....

Pulang sekolah tidak sepert biasanya aku bersama Haruna dan Fuka. Biasanya aku hanya bersama dengan Karin karena arah kami pulang sama. Akan tetapi hari ini Haruna dan Fuka akan kerumahku untuk latihan tari untuk mengisi acara perpisahan kakak kelasku.

Akira juga akan ada disana dengan beberapa orang lainnya. Aku tidak tau apa yang akan ia kerjakan, akan tetapi mungkin bukan sesuatu yang sulit karena aku tau Akira dan yang lainnya tidak menyukai hal yang sulit.

Sambil menunggu angkutan umum datang, aku duduk memandangi Akira yang entah kenapa malah ada diseberang jalan., padahal rumah Akira satu arah denganku hanya saja lebih jauh.

Aku terus memandangnya dan diam. Saat itu aku mulai berpikir untuk apa memandanginya dari kejauhan seperti ini.

"Untuk apa aku memandangi Akira." Ocehku.

Karin yang duduk disebelahku menatapku lalu tersenyum. Karena merasa diacuhkan, aku kembali memandangi Akira. Lalu aku mengulang perkataanku.

"Untuk apa sih aku memandangi Akira." Ocehku lagi.

Kali ini Karin yang duduk disebelahku tertawa kecil melihat tingkahku. Dan tanpa sadar aku kembali melihat Akira lalu kembali mengulang perkataanku lagi. Lalu Karin menatapku lama. 

"Kau sudah mengatakannya tiga kali." Katanya.

"Ah apa iya?" Tanyaku bingung.

Karin kembali tertawa kecil, dan aku hanya tersenyum.

Dirumahku, kami terus berlatih agar terpilih untuk dapat mengisi acara nanti, dan masalah datang saat kami membicarakan masalah style.

"Kita akan menggunakan baju apa?" Tanya Haruna.

"Kita lihat saja nanti.. Masalah baju itu mudah" Jawabku.

"Lalu rambut?" Tanya Fuka.

"Aku mau kuncir seperti biasa saja." Jawabku.

"Kenapa tidak kuncir........" Karin membisikan kami.

"Hah?" Tanya Fuka kaget.

"Apa jadinya aku nanti..." Kata Haruna.

"Tidak tidak.. Aku malu. Pasti aku ditertawakan oleh Keigo dan yang lain." Jawabku.

"Tapi itu bagus." Karin tetap pada pendiriannya.

Kami saling berdiam diri. Yaampun.. Aku harus menjadi berbeda dari diriku yang biasanya. Dan entah kenapa hal pertama yang aku bayangkan setelahnya adalah Akira. Akira lagi.. Tidak pernah jauh, dan belum pernah jauh.

"Yasudah. Kita coba nanti." Kataku. Latihanpun selesai.

**

Aku dan Karin duduk dipinggiran ruko dekat rumahku, sedangkan Fuka dan Haruna sudah pulang dari tadi. Banyak yang ingin aku ceritakan pada Karin, karena aku sedang butuh teman yang bisa aku ajak bercerita saat ini.

Biasanya aku menceritakan hal-hal bahagia kepada ibuku, tapi tidak dengan hal-hal sedih. Aku hanya memendamnya sendiri atau tidak bercerita kepada sahabat baikku.

"Aku ingin sepertimu, kau bisa dekat dengan semua anak laki-laki." Kata Karin.

"Kecuali Akira." Jawabku singkat.

"Benar juga.. Tapi setidaknya terlihat lebih menyenangkan. Bisa bercerita pada Geka, dan kau juga punya teman laki-laki lain. Karena itu Heichi seperti segalanya untukku, dia selalu mendengarkanku."

Aku tersenyum tipis, mengingat semua kisah-kisahku.

"Tapi aku lelah. Aku tidak bisa membedakannya. Cinta dan benci. Aku tidak tau bedanya."

"Setidaknya kau bahagia."

"Aku sangat bahagia saat tidak ada Akira didekatku. Karena aku bisa bercanda dengan Kei, Keigo, Geka, dan yang lain. Aku bebas tertawa. Tapi jika ada Akira semua jadi aneh. Tapi aku sangat mempedulikannya."

Karin bangkit dari tempat duduknya.

"Aku sudah harus pulang. Sebenarnya masih banyak yang ingin aku ceritakan padamu."

"Aku juga. Hati-hati yaa.." Aku melambaikan tangan pada Karin.

Aku sudah lupa bagaimana akhir yang bahagia itu. Aku tau, tapi tidak ingat pasti. Yang aku tau aku bahagia jika Akira tidak didekatku, aku bisa bebas jika dia tidak ada. Tapi disisi lain aku sering memikirkannya, dan aku tidak mengerti kenapa itu.

Yahh.. Kehidupan adalah misteri. Kau tidak akan tau sampai kan menggali kisahnya sampai keakar.. Aneh...

Selasa, 14 Mei 2013

Sweetest Hurt 2 (Part 1 : Gagal)


Aku terus menatap buku soalku selama sensei terus menerangkan materi baru untuk kami. Sesuatu terus menggangguku sejak beberapa hari ini. Seperti hal yang pernah aku rasakan sebelumnya, tapi ini lebih menyakitkan. Aku menatap Haruna yang terlihat serius mendengarkan penjelasan sensei.

"Ada yang mengganggumu?" Tanya dia.

Aku menggeleng, meskipun dalam hati aku merasa harus mengangguk keras.

"Kau kenapa?" Suara Fuka mengagetkanku.

"Aku baik." Kataku sambil melangkah pergi.

"Kami tau ada yang mengganggumu." Tebak Haruka.

"Iya, tapi biarkan aku menyimpannya sendiri dulu. Nanti saat aku sudah baik, aku akan menceritakannya pada kalian." Jawabku.

Mereka mengangguk lalu tersenyum, seakan memberi semangat bahwa semua masalahku akan selesai dengan mudah. Tapi nyatanya, ini sedikit lebih berat dari yang bahkan aku bayangkan

**

Akhir minggu hampir tiba, dan pelajaran pertama saat ini adalah pendidikan jasmani. Menurut yang kudengar, kami harus meng-shooting bola kedalam ring. Hanya itu, terdengar mudah.

Aku mendengar nama Akira dipanggil, itu tidak begitu menarik perhatianku. Hanya saja, ada satu masalah..

"Akiraa !! Hana mendukungmu !!" Teriak salah satu temanku.

"Hey, ada Naomi dibelakang !" Kata yang lain dari mereka.

Aku hanya terdiam tapi aku melihat Akira seperti tersenyum, dan entah kenapa, aku hampir ingin menangis.

"Aku dengan kalian saja.." Kataku pada Fuka, Haruna, dan Haruka.

"Jangan sedih.." Goda Haruna padaku.

"Kau tidak sedihkan Naomi.."

"Aku? Sedih? Jangan bercanda.." Jawabku singkat.

Tidak lama setelahnya, aku selesai meng-shoot bola kedalam ring. Tidak lebih banyak dari Akira yang mendapatkan 11 poin. Aku hanya dapat 8. Akan tetapi teman-temanku memujiku atas hal itu.

"Nanti siang kita akan berenang ditempat seperti biasa. Jangan lupa, jam 2 siang." Kata sensei-ku.

"Kau ikutkan?" Tiba-tiba suara Misaki terdengar olehku.

"Tentu.." Jawabku sambil tersenyum.

**

Ditempat renang, aku melihat Akira sudah datan terlebih dahulu, dan entah kenapa aku merasa tidak enak badan.

Aku menatap Akira, dengan separuh wajah menampakan bahwa aku malu. Aku malu karena aku tidak bisa berenang. Aku trauma, aku takut untuk hal itu. Aku pernah hampir kehabisan nafas saat menyelam, dan aku takut untuk berenang.

"....Aku takut.." Kataku setelah menceritakan pengalaman burukku pada teman-temanku.

Mereka hanya terdiam. Haruna ingin mengajariku dan membantuku melawan traumaku, akan tetapi, jika aku masih tidak berani, itu percuma saja.

Aku melihat Akira berenang dengan sangat tenang. Tidak ada wajah takut dwajahnya seperti diwajahku. Dan entah kenapa aku terus memikirkan Akira. Akira lagi.. Akira lagi... Ada apa dengan aku?

Tiba-tiba, aku merasakan mataku mulai berair. Tidak, aku tau ini bukan karena terkena air yang dicampur kaporit, ini air mata sungguhan ! Segera aku naik kepermukaan dan duduk didekat beberapa temanku yang tidak berenang. Ada Hanami disana.

Hana tersenyum padaku, aku membalasnya. Akan tetapi tidak ada kata-kata atau suara lainnya. Ya, hanya ada senyum diantara kami. Aku kembali menatap Akira. Ingin rasanya aku pulang saja dan tidak akan mengulang kesalahan ini lagi, tapi Karin menahanku.

"Haruka, maaf merepotkanmu. Tolong ajari aku berenang." Kataku pada Haruka.

Haruka mengangguk lalu tersenyum.. Kami memulai latihan kami, sedikit demi sedikit aku mulai bisa mengambang lalu mendayung. Traumaku mulai hilang. Aku terus memikirkan Akira dan itu membuatku semangat meskipun aku semakin ingin menangis saat aku mengingat bila aku pernah menangis didepan Akira. Itu sungguh memalukan.

"Kau belajar dengan cepat untuk orang yang pernah memiliki trauma."

"Terima kasih.. Aku terus memikirkan Akira." Jawabku.

"Akira.." Tanya mereka bingung.

"Iya Akira.."

Mereka terdiam.. Mungkin ini mengejutkan. Tapi kisah ini., masih berlanjut...