Sharen terus
menundukan kepalanya, memastikan bahwa didalam laci mejanya benar tidak
terdapat benda berharga bersebut. Baru-baru ini Sharen telah menghilangkan
medelion pemberian neneknya. Sebelumnya kalung itu tidak pernah ia lepas, tapi
tiba-tiba kalung itu hilang entah dimana.
“Coba
ingat-ingat.” Kata Karei, sahabat Sharen.
“Aku tidak bisa
mengingat apapun. Bagaimana ini Karei?”
Tanya Sharen panik.
Si anak baru itu
terdiam, namanya Hamalie, ia hanya menatap Sharen dan beberapa temannya yang
terlihat ikut panik. Sejujurnya Hamalie ingin membantu tapi ia terlalu pemalu
dan penakut.
“Sepertinya anak
baru itu yng mengambil. Sejak tadi ia hanya diam saja.” Ujar Reo.
“Ah tidak
mungkin, belum tentu seperti itu.” Kata yang lain.
Hamalie
mendengarnya, tapi ia berusaha tetap diam memandang jemri tangannya sambil
sesekali menatap kearah langit-langit kelas.
**
“Kau sudah
mengatakan padanya?” Tanya ibu pada Hamalie.
“Aku takut bu,
nanti aku ikut terjerat.” Kata Hamalie.
“Tapi kau memang
telah menjadi bagian darinya sekaarng. Jangan takut, Tuhan selalu melindungi
mereka yang jujur dan benar.” Ucap ibu.
**
Esoknya Sharen
masih terlihat bingung mencari medelionnya yang hilang, lalu Hamalie
mendatanginya.
“Menurutmu
dimana medelionku berada?” Tanya Sharen tiba-tiba pada Hamalie.
“Maksudmu ini?”
Hamalie membuka
genggaman tangannya dan terurailah sebuah kalung medelion cantik milik Sharen.
“Sepertinya
tanpa sengaja kau menjatuhkannya. Maaf aku baru mengatakannya sekarang.”. Kata Hamalie
lalu menyerahkan medelion itu pada Sharen.
“Ini terlalu
berharga untukku. Terima kasih banyak.” Ucap Sharen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar