Aku membanting tas, bermaksud menutupi handphoneku yang terus berdering. Aku benar-benar sedang tidak ingin mengatakan apapun padanya. Setengah jam berlalu. Ia masih terus mencoba menghubungiku. Meskipun aku malas, akhirnya aku mengalah dan mengangkat telepon darinya.
"Ada apa?" Kataku ketus pada seseorang diseberang sana.
"Aku ingin kita putus." Jawabnya.
"Yasudah kita putus." Ucapku.
"Yasudah."
"Yasudah."
"Yasudah."
"Yasudah."
"Yasudah."
"Iya." Kataku singkat lalu mengakhiri pembicaraan tak berguna ini.
Memang sudah lama kami berseteru. Alasannya aku juga tidak mengerti pasti. Yang pasti adalah hubungan kami tidak dapat dilanjutkan lagi.
**
Berdiri ditengah lapangan dengan suasana yang begitu panas bukan hal yang mudah. Tapi aku mencoba untuk semangat. Disana, ditengah-tengah berdirinya para senior didepan kami. Ada satu orang yan begitu menarik perhatianku. Tidak terlalu tampan, tapi dia begitu baik padaku.
"Ada masalah?" Kata-kata seseorang membuyarkan lamunanku.
"Tidak apa-apa." Jawabku dengan yakin.
"Sepertinya kau sakit. Duduklah dulu." Tawarnya.
Aku mengangguk pelan. Memang sangat melelahkan rasanya terus dijemur dibawah matahari yang luar biasa panasnya.
Tak lama setelah aku mulai bersantai duduk dan memerhatikan temanku yang masih berdiri disana, seorang senior menghampiriku, ialah senior yang sangat menarik perhatianku.
"Kau baik-baik saja." Tanya ia.
"Iya. Hanya saja sedikit lelah."
"Kalau begitu kau tidak benar-benar baik." Katanya dengan menebar senyum manis.
**
Salah satu kebiasaanku dikamar adalah melamun. Dan saat aku sedang asyik melamunkan hal yang bahkan aku tidak ketahui apa itu. Handphoneku berdering.
"Ini benar Kuren?". Begitulah kira-kira sms darinya.
"Iya." Jawabku.
"Aku Yonida."
Aku tertegun seketika. Yonida? Senior yang selalu menarik perhatianku? Aku tersenyum. Seandainya aku kehilangan akal sehatku, mungkin aku akan segera melongokkan kepalaku keluar jendela dan berteriak sekeras mungkin.
**
Setelah cukup lama kami berhubungan lewat short message, aku merasa perasaanku padanya semakin dalam. Dia begitu pengertian. Yahh.. Dia keren.
**
Suatu hari entah kenapa Yonida mengirimkan sebuah short message kepadaku. Kata katanya membuatku tercengang. Aku tidak cukup bisa untuk mengartikannya. Kurang lebih seperti ini percakapan kami.
"Saya tau saya tidak bisa menjadi apa yang anda harapkan. Memang saya memiliki perasaan pada anda lebih dari sekedar senior terhadap juniornya. Jadi saya minta maaf!" Katanya.
Aku membalasnya, "Anda salah. Dengan membantu saya melupakan orang yang dulu pernah saya sayang anda sudah melebihi apa yang saya harapkan. Terima kasih."
"Benarkah? Haha.. Saya tau itu." Jawabnya.
Aku tersenyum. Hari-hari berlanjut seakan kejadian itu idak pernah terjadi. Kami semakin dekat dan terus semakin dekat. Hingga suatu hari mantan kekasihku menghubungiku, ia mengajakku kesebuah cafe yang merupakan tempat favorit kami dulu.
"Aku ingin kita kembali seperti dulu." Ia memulai percakapan dan langsung kusambut dengan senyuman sinis.
Pesanan kami datang tepat waktu. Aku meminumnya beberapa teguk, agak aku bisa segera pergi setelah mengatakan kata-kata mutiaraku padanya.
"Kemana saja kau? Baru kembali sekarang. Saat ini aku terlalu bahagia tanpamu. Jadi kita akan benar-benar sedih. Mungkin aku masih akan terus mengingatmu, tapi sungguh aku terlalu membencimu." Jawabku sambil berlalu.
**
Aku duduk termenung didalam kamarku sambil menyandarkan diri pada dinding. Aku tidak menyesal mengatakan hal tadi kepada orang itu. Itu pantas untuknya.
Aku mengambil handphoneku, membuka fitur sms, mengetik sebuah sms untuk seseorang. Isinya seperti ini.
"Kita selesai saja ya.. Tidak perlu dilanjutkan lagi."
Ya.. Aku mengirimnya untuk Yonida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar