Senin, 21 Oktober 2013

Cowok Jepang vs Cewek Korea... Cantik mana?

Haloo readers!! Lama ga jumpa ya? Udah lama banget Viar ga posting dan kali ini Viar mau posting tentang 'Cowok Jepang vs Cewek Korea... Cantik mana?'. Yapp.. Tanpa menunggu lama sok mari disimak.. Check this out..

**

Sudah banyak diketahui bahwa artis cewek Korea memiliki wajah yg sangat cantik dengan postur tubuh yang bagus. Begitu juga para artis cowok Jepang dengan wajah dan postur tubuh yang hampir menyerupai perempuan! Mari kita bandingkan, mana yang lebih cantik?
1.     Chinen Yuuri VS Kwon Yuri
            Sama sama cantik dan memiliki wajah yang imut padahal usianya sudah tidak muda imut lagi, Yuri (Hey!Say!JUMP) dan Yuri (SNSD). Keduanya sama sama menjadi andalan dalam pembuatan dorama, suaranya sama sama bagus juga. Soo?? Yuuri atau Yuri? J

2.    Yo Marius VS Song Hye Kyo
Kecantikan aktris Hye Kyo terlihat sangat alami, diusianya yg sekarang dia masih mampu memancarkan karismanya. Bagaimana dengan Yo Marius? JhonnyE’ memang terkenal pandai memilih artisnya dari segi skill mau pun wajah, member Idolband ‘Sexy Zone’ ini sukses terpilih menjadi artis cowok korea tercantik versi beberapa blogger di Indonesia.

3.    Inoo Kei VS IU

            Memiliki wajah yang sama sama manis. Satu lagi dari member Hey!Say!JUMP dan penyanyi cantik, manis dan berbakat IU. Keduanya berkarir dibidang yang sama, yaitu bernyanyi dan sedang belajar merambah dunia akting.
**

Itu dia para artis cowok Jepang vs artis cewek Korea? Mana yang lebih cantik? Relatif ya J Semua sesuai dengan pendapat masing masing..

Selasa, 30 Juli 2013

Summer Cool (Part 4 : It's From My Heart)

3 Point ! Mungkin itu yang angka yang akan aku cetak jika saat ini adalah sebuah pertandingan. Dengan sorot lampu yang berbinar, ribuan pasang mata menatap tim kami ditemani teriakan "Hatakawa~ ! Matsuken ! Ganbatte Kudasai !". Tapi sekali lagi ini hanya latihan biasa. Tidak. Tidak. Aku hanya bermain biasa. Aku belum memutuskan untuk mengikuti kegiatan basket sekolah meskipun aku menginginkannya. Tapi itu biar aku putuskan nanti.

Dari jauh aku menangkap bayangan seorang gadis. Ya.. Gadis itu lagi.

"Sejak tadi ia disana dan terus menatapmu." Kata Gesuki padaku mengenai gadis itu. "Sepertinya dia menyukaimu."

"Tidak mungkin. Aku mengenalnya belum lebih dari satu bulan." Jawabku.

"Apa masalahnya dengan waktu?"

Aku menghela napas panjang, sambil menatap ring basket yang tidak begitu tinggi untukku.

"Jika ada gadis yang jatuh cinta padamu seharusnya kau bersyukur. Setidaknya dia percaya bahwa kau mampu menjaga hati mereka." Gesuki melanjutkan.

"Tidak semudah itu bodoh.". Aku melempar botol minum pada Gesuki. "Dia biasa saja. Lagi pula aku tidak suka padanya. Aku tidak mau seperti kau dan Hekari."

"Baik. Aku mengalah". Dia beranjak dari tempat duduknya. "Jika tidak ingin seperti aku dan Hekari lebih baik putuskan secepatnya."

"Baiklah professor!" Aku menyusul langkahnya.

Jam pelajaran sudah berakhir cukup lama. Aku kembali memasuki kelas untuk mengambil jam tanganku yang sempat terjatuh dikelas. Meskipun jam pelajaran sudah berakhir, aku mendapati gadis itu masih duduk dikursinya sambil termenung.

Aku menuju kemejaku yang juga merupakan mejanya. Aku mengecek laci dan mendapati jamku tertinggal disana. Sesaat aku menatapnya sebelum berpikir untuk langsung pergi.

"Matsuken~"

Aku menghentikan langkahku kemudian berbalik.

"Nani?"

"Ada masalah denganku?" Tanyanya.

"Maksudmu?"

"Seharian ini kau tidak bicara."

"Apa aku harus selalu bicara?"

"Kau tidak mengerti ya.."

Sekujur tubuhku bergetar, kaku. Napasku seketika sesak.

"Apa maksudnya? Maaf.. Aku harus segera pergi." Aku melanjutkan langkahku.

"Matsuken." Panggilnya. "Aku menyukaimu."

Langkahku kembali terhenti. Aku merakan keanehan pada aura ruangan kelasku. Apa ini???? Apa yang aku rasakan ini??

"Sachi.. Pulanglah.. Kau sakit." Jawabku singkat lalu beranjak pergi meninggalkannya.

Selasa, 16 Juli 2013

Summer Cool (Part 3 : Why)



"Kau pernah memikirkannya sebelum ini terjadi?" Tanya Gesuki padaku.

"Memikirkan apa?" Tanyaku.

"Tentu saja untuk pindah kemari."

Aku tersenyum kecut, memegang tengkukku lalu berkata, "Jika aku pernah mengharapkannya, setidaknya memikirkannya, aku tidak akan terlalu stress seperti ini, bukan?"

"Kau benar". Iya terdiam sejenak, "Tapi kau terlihat bahagia." Lanjut Gesuki.

"Apa aku harus terlihat histeris dengan berteriak-berteriak dikelas atau menabrakkan diriku dan motorku kesebuah pohon besar? Beritahu apa yang harus lakukan dan aku akan melukannya."

"Tidak, dengan kau bisa tersenyum saja itu sudah cukup." Katanya.

Dia terdiam dengan cukup serius, aku tidak tau pasti apa yang ia lakukan. Aku mempercepat langkahku menuju kelas. Belum ramai. Hanya terlihat beberapa orang sedang mengobrol. Dengan sigap aku duduk dikursiku lalu melamun, hingga ia datang dan menyapaku.

"Hai jelek! Kau terlihat mengantuk?" Katanya manis.

"Ingin tahu ya?" Aku membereskan tasku yang hampir terjatuh.

"Aku tidak tahu kau jika kau adalah anak dari Nyonya Heido Akura. Hmm.. Nama kalian sama, hehe, tapi serius aku tidak sadar. Kalian tidak mirip."

"Ia ibu tiriku, dan sekalipun aku membencinya, ia ibu tiriku. Kau kenal dia?"

"Umm.. Ternyata begitu. Di guru yang baik. Dan sepertinya di orang baik. Kau menyukainya?" Tanya gadis dengan mata penuh harapan agar aku menjawab tidak, aku tau itu, aku tau apa yang ia pikirkan.

"Tidak jika ia tidak meminta kami sekeluarga pindah."

"Kenapa kau tidak ingin pindah?".

Terlalu banyak pertanyaannya. Aku menghela napas panjang. Sepanjang yang aku bisa.

"Sudah ya, aku tidak mau berkata apapun lagi."

"Kenapa?"

Aku terdiam, menjatuhkan wajahku diatas tasku. Menghela napas kembali. Tidak lama kemudian, ia baru pergi meninggalkanku.

Sweetest Hurt 2 (Part 7 : End)

Aku tersenyum puas menatap segala perjuanganku ini. Hasil ini aku akui bukan hasilku sepenuhnya. Aku masih dibantu oleh teman-temanku. Misaki, Haruka, Haruna, Shizuka, Shachi, Fuka, Kuren, dan.. yah, terlalu banyak untuk aku sebutkan.

Nilai yang aku dapatkan terlalu baik untukku. Sekilas aku merasa tidak pantas. Impianku telah menjadi kenyataan, melangkahi Akira. Bahkan terkesan bahwa aku meninggalkannya. Tapi ini yang aku harapkan.

Aku masih tidak tau bagaimana cara berterimakasih pada teman-temanku atas dukungan dan bantuan mereka. Aku memang belum mampu melangkahi Hanami dan juga Keigo. Tapi aku cukup puas.

Kisahku tidak akan berakhir dengan begitu mudah seperti ini, aku rasa ini akan terus berlanjut. Tapi aku akan berusaha menghilangkan Akira dari pikiranku, dan itu sudah setengah berhasil. Dia mungkin terlalu baik, dan karena itu aku merasa terlalu buruk untuknya.

Tapi aku bersyukur, mungkin saja aku masih bisa menatap Akira, tanpa harus ia menatapku. Aku masih bisa tersenyum, tanpa ia harus tersenyum padaku. Aku masih bisa berbicara, tanpa perlu mendengar kata-katanya. Indahnya..

Masa depan terlalu panjang dan berharga untuk aku sia-siakan sekarang jika hanya aku habiskan dengan mengingat Akira. Hal terbodoh yang pernah aku lakukan.

Aku tidak ingin menulis ini, dan jemariku terlalu sulit untuk menuliskannya. Sebenarnya ini tidak berguna, tapi aku hanya ingin membaginya, sebelum aku kehilangan ia sama sekali.

Tidak ada hal yang lebih membahagiakan selain tersenyum,
Meskipun gigi ingin menggigit sang bibir karena menahan sakit,
Tapi saat itulah kebahagiaan baruku muncul,
Kebahagiaan yang dapat menghapus kepedihan,

Tidak butuh banyak hal untuk bahagia,
Hanya percaya bahwa kita berhak bahagia..
Berkah merasakan indahnya tersenyum..
Indahnya tertawa..
Indahnya bercanda..

Tidak butuh ia untuk bahagia
Tidak butuh uang untuk bahagia
Hanya butuh teman..
Keluarga adalah teman,
Sahabat adalah teman,
Pacar adalah teman..

Bahagiaku telah menunggu diujung jalan buntu itu,
Dan kemudian aku akan terbang dan bebas..
Pergi dengan kenangan,
Manis dan pahit


Minggu, 07 Juli 2013

'Battle of Surabaya' Movie Animation



Haloo readers. Lama tak berjumpa ya :D Hari ini Viar tidak sedang ingin memposting lirik lagu, cerpen, ataupun cerbung ataupun yang biasa Viar posting. Viar mau buat yang beda ! Yup, Viar mau ngebahas tentang Movie Animasi yang keren banget ! Banget ! Banget ! Dan Banget ! BANGEEEETT !!! Membanggakan deh pokoknya !

Sesuai judulnya, Movie Animasi yang akan Viar bahas adalah 'Battle Of Surabaya'. Uidiihh.. Ga kebayang  dong gimana filmnya? Sejarah perang Indonesia masa lampau dihadirkan bukan dalam bentuk film dokumenter, tapi sekali lagi readers film ini diproduksi dalam bentuk animasi !!

Battle of Surabaya di produksi oleh PT Mataram Surya Visi (MSV) Pictures, di sutradarai oleh Aryanto Yuniawan, dan naskah ditulis oleh Suyanto-direktur STIMIK AMIKOM Yogyakarta. Film ini dikerjakan oleh 50 animator dan telah menelan biaya kurang lebih 500juta rupiah belum termasuk biaya hingga akhir proses pembuatan film !!

Film yang diperkirakan akan diliris pada tahun 2014 telah mendapat sambutan yang cukup baik sejak Official Treaser-nya diupload di Youtube. Terbukti dengan banyaknya comment positif dan beberapa kritik serta saran yang cukup membangun. Nah yang untuk belum liat Treaser-nya bisa liat disini.

Untuk Sinopsis, berikut sinopsisnya yang berhasil Viar kutip dari salah satu berita Kompasiana..

Film Battle of Surabaya menceritakan petualangan Musa, remaja tukang semir sepatu yang menjadi kurir bagi perjuangan pejuang arek-arek Suroboyo dan TKR dalam peristiwa pertempuran dahsyat 10 November 1945 di Surabaya.
Cerita dibuka dengan visualisasi dahsyat dari pemboman kota Hiroshima oleh Sekutu yang menandakan menyerahnya Jepang. “Indonesia merdeka, itu yang kudengar di RRI, Jepang menyerah!!” kata Musa. Tetapi langit Surabaya kembali merah dengan peristiwa Insiden Bendera dan kedatangan Sekutu yang ditumpangi oleh Belanda. Belum lagi gangguan oleh beberapa kelompok pemuda Kipas Hitam yang dilawan oleh Pemuda Republiken. Residen Sudirman, Gubernur Suryo, Pak Moestopo, Bung Tomo dan tokoh-tokoh lain membangkitkan semangat arek-arek Suroboyo & pemuda Indonesia bangkit melawan penjajahan. Musa dipercaya sebagai kurir surat dan kode-kode rahasia yang dikombinasikan dengan lagu-lagu keroncong dari Radio Pemberontakan Rakyat Indonesia yang didirikan Bung Tomo. Berbagai peristiwa dilalui Musa sebagai kurir, kehilangan harta dan orang-orang yang dikasihi menjadi konsekuensi tugas mulia tersebut. Cerita ini merupakan cerita adaptasi dari peristiwa 10 November 1945 Surabaya. Selain tokoh-tokoh nyata, terdapat tokoh fiktif yang sengaja dibuat untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Pesan perang tentang semangat, cinta tanah air, dan perdamaian.
Keren banget kan? Selain itu, film Battle of Surabaya udah berhasil mandapatkan tiga penghargaan, diantaranya :

  1.  Winner INAICTA 2012 kategori film animasi oleh Kementerian Kominfo RI.
  2. 1st Winner INDIGO FELLOWSHIP 2012  oleh Telkom Indonesia.
  3. Nominasi terunggul kategori film animasi ajang Apresiasi Film Indonesia (AFI) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Kalau Viar sendiri sih ga sabar untuk nonton film ini. Meskipun kualitas gambarnya belum bisa dibilang sempurna dan cukup menyerupai anime Jepang, tapi ini udah lebih dari harapan mengenai animasi di Indonesia. Jadi, pas film ini dirilis di layar lebar. Jangan lupa nonton ya readers.. :D Oke?

Oke.. Thank's for reading and see you next time~

Senin, 01 Juli 2013

Cerpen : "Latte Late"

Aku membanting tas, bermaksud menutupi handphoneku yang terus berdering. Aku benar-benar sedang tidak ingin mengatakan apapun padanya. Setengah jam berlalu. Ia masih terus mencoba menghubungiku. Meskipun aku malas, akhirnya aku mengalah dan mengangkat telepon darinya.

"Ada apa?" Kataku ketus pada seseorang diseberang sana.

"Aku ingin kita putus." Jawabnya.

"Yasudah kita putus." Ucapku.

"Yasudah."

"Yasudah."

"Yasudah."

"Yasudah."

"Yasudah."

"Iya." Kataku singkat lalu mengakhiri pembicaraan tak berguna ini.

Memang sudah lama kami berseteru. Alasannya aku juga tidak mengerti pasti. Yang pasti adalah hubungan kami tidak dapat dilanjutkan lagi.

**

Berdiri ditengah lapangan dengan suasana yang begitu panas bukan hal yang mudah. Tapi aku mencoba untuk semangat. Disana, ditengah-tengah berdirinya para senior didepan kami. Ada satu orang yan begitu menarik perhatianku. Tidak terlalu tampan, tapi dia begitu baik padaku.

"Ada masalah?" Kata-kata seseorang membuyarkan lamunanku.

"Tidak apa-apa." Jawabku dengan yakin.

"Sepertinya kau sakit. Duduklah dulu." Tawarnya.

Aku mengangguk pelan. Memang sangat melelahkan rasanya terus dijemur dibawah matahari yang luar biasa panasnya.

Tak lama setelah aku mulai bersantai duduk dan memerhatikan temanku yang masih berdiri disana, seorang senior menghampiriku, ialah senior yang sangat menarik perhatianku.

"Kau baik-baik saja." Tanya ia.

"Iya. Hanya saja sedikit lelah."

"Kalau begitu kau tidak benar-benar baik." Katanya dengan menebar senyum manis.

**

Salah satu kebiasaanku dikamar adalah melamun. Dan saat aku sedang asyik melamunkan hal yang bahkan aku tidak ketahui apa itu. Handphoneku berdering.

"Ini benar Kuren?". Begitulah kira-kira sms darinya.

"Iya." Jawabku.

"Aku Yonida."

Aku tertegun seketika. Yonida? Senior yang selalu menarik perhatianku? Aku tersenyum. Seandainya aku kehilangan akal sehatku, mungkin aku akan segera melongokkan kepalaku keluar jendela dan berteriak sekeras mungkin.

**

Setelah cukup lama kami berhubungan lewat short message, aku merasa perasaanku padanya semakin dalam. Dia begitu pengertian. Yahh.. Dia keren.

**

Suatu hari entah kenapa Yonida mengirimkan sebuah short message kepadaku. Kata katanya membuatku tercengang. Aku tidak cukup bisa untuk mengartikannya. Kurang lebih seperti ini percakapan kami.

"Saya tau saya tidak bisa menjadi apa yang anda harapkan. Memang saya memiliki perasaan pada anda lebih dari sekedar senior terhadap juniornya. Jadi saya minta maaf!" Katanya.

Aku membalasnya, "Anda salah. Dengan membantu saya melupakan orang yang dulu pernah saya sayang anda sudah melebihi apa yang saya harapkan. Terima kasih."

"Benarkah? Haha.. Saya tau itu." Jawabnya.

Aku tersenyum. Hari-hari berlanjut seakan kejadian itu idak pernah terjadi. Kami semakin dekat dan terus semakin dekat. Hingga suatu hari mantan kekasihku menghubungiku, ia mengajakku kesebuah cafe yang merupakan tempat favorit kami dulu.

"Aku ingin kita kembali seperti dulu." Ia memulai percakapan dan langsung kusambut dengan senyuman sinis.

Pesanan kami datang tepat waktu. Aku meminumnya beberapa teguk, agak aku bisa segera pergi setelah mengatakan kata-kata mutiaraku padanya.

"Kemana saja kau? Baru kembali sekarang. Saat ini aku terlalu bahagia tanpamu. Jadi kita akan benar-benar sedih. Mungkin aku masih akan terus mengingatmu, tapi sungguh aku terlalu membencimu." Jawabku sambil berlalu.

**

Aku duduk termenung didalam kamarku sambil menyandarkan diri pada dinding. Aku tidak menyesal mengatakan hal tadi kepada orang itu. Itu pantas untuknya.

Aku mengambil handphoneku, membuka fitur sms, mengetik sebuah sms untuk seseorang. Isinya seperti ini.

"Kita selesai saja ya.. Tidak perlu dilanjutkan lagi."

Ya.. Aku mengirimnya untuk Yonida.

Summer Cool (Part 2 : Question)

Hujan berhenti sesaat sebelum aku mulai memingirkan motorku. Tepat didepan sebuah kedai ramen, aku dan dia membuka jaket parasut kami. Seragam kami tidak sepenuhnya kering, sedikit lembab. Aku menarik tangannya, memasuki kedai ramen yang terlihat sepi tersebut.

"Ramen terasa cukup pedas saat ditenggorokan, dan itu selalu bisa menghangatkanku saat hujan." Katanya.

"Tidak perlu berkata seperti itu, aku akan mentraktirmu." Jawabku.

"Maaf merepotkan, tapi aku tidak suka menolak tawaran ini." Senyumnya terlihat sangat alami.

Aku mengangguk, ikut tersenyum menatap tawanya.

"Musim gugur terlihat sangat manis untukku. Dimana daun-daun kuning berguguran perlahan. Meskipun menyedihkan, tapi itu cantik. Udara dingin terus berhembus membuatku sering mengeluarkan keringat dingin. Aku selalu senang saat musim gugur tiba." Ia mulai bercerita.

Tak lama kemudian, pesanan kami datang. Dia terlihat begitu asyik dengan obrolannya hingga menghiraukan semangkuk ramen yang aku belikan. Sepertinya ia tidak peduli apa aku mendengar ceritanya atau tidak. Aku bahkan tidak mendengar desah nafas keras disela-sela pembicaraannya.

"Bagaimana kehidupanmu dulu?" Tanya ia menghentikan kegiatan makanku.

Aku tersenyum, menatapnya dalam. Entah kenapa aku ikut terbawa kedalam suasana seru ceritanya. Tapi aku harus tetap menjaga identitasku pada orang yang baru aku kenal.

"Tidak ada kisah menarik. Ayo pergi lagi. Matahari telah kembali." Jawabku.

Ia berdiri dari tempat duduknya setelah seutas mie terkahir dimakannya. Kami melanjutkan perjalanan menuju rumahnya yang sudah tidak jauh lagi.

"Berhenti disini saja." Katanya aneh.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Aku tidak mau merepotkan, rumahku sudah tidak jauh lagi."

Aku menghentikan motor, membiarkannya turun lalu tersenyum, ia pun berlari kencang.

"Terima kasih." Teriaknya.

"Hati-hati." Jawabku.

Aku memacu cepat motorku melewati jalan raya yang ramai oleh kendaraan. Aku tersenyum mengingat gadis itu. Dia manis tetapi agak childish. Ya.. Setidaknya hariku disekolah baru ini sepertinya tidak akan separah yang aku kira..

Minggu, 23 Juni 2013

Lirik OST Boboi Boy - Bersedia



Marilah..
Kita pergi mengembara
Inilah masanya
Untuk bersuka ria

Jangan bimbang
Jangan diragu-ragukan
Pasti kan teruja
Biar ia bawa kau pergi

Jangan takutkan langit yang gelap
Ayuh, beranikan diri sahaja
Kita hadapi semua bersama

Bersedia

Jawara..
Akan datang tak menduga
Dengan tidak dijangka
Mana saja kita berada

Percayalah..
Aku disini untukmu
Sepanjang perjalanan
Bersama hingga akhirnya

Jangan takutkan langit yang gelap
Ayuh, beranikan diri sahaja
Kita hadapi semua bersama

Bersedia..
Pergi mengembara..
Kini masanya..
Bersedia..

Dan kan kujanjikan
Kau tak akan sendirian
Kubersamamu seiringan
usahlah kau bimbangkan

Kita harungi bersama
Dan aku takkan pergi..


Bersedia..
Pergi mengembara..
Kini masanya..
Bersedia..
Bersedia..

Senin, 17 Juni 2013

Summer Cool (Part 1 : Still A Secret)



Aku masih terus terdiam ditaman sekolah. Bel pulang sekolah sudah berdering 30 menit yang lalu. Mengayun-ayunkan sepatuku pelan. Menatap tajam kekakiku. Menendang-nendang buah apel yang jatuh tidak jauh dari kakiku. Ya, memang ada sebuah pohon apel kira-kira 5 meter dari tempat aku duduk saat ini. Pohon itu cukup rindang dan memiliki banyak buah. Ini adalah satu-satunya tempat yang paling indah disekolah ini.

Pikiranku melayang. Kalau aku bisa mengulang waktu, mungkin aku tidak akan memilih bersekolah disekolah ini. Ah tidak.. Jika aku bisa mengulang waktu, maka aku akan memilih untuk tidak pindah dari sekolah lamaku di Obiru.

Sayang ini adalah tuntunan pekerjaan ibu sebagai seorang guru SD. Yah.. Aku tidak mau menceritakan tentang keluargaku saat ini.

"Kau mau?" Tanya seseorang dari balik apel kepadaku.

Aku tidak langsung menjawab. Aku terdiam sebentar, menjernihkan pikiranku benar-benar.

"Tidak. Terima kasih." Jawabku tanpa menatapnya lalu pergi meninggalkannya.

**

Namaku Heido Matsuken. Aku murid kelas 3 di SMP baruku Hatakawa. Seperti yang sudah kau katakan sebelumnya. Bukan keinginanku untuk pindah kesekolah ini. Ini karena orang tuaku. Ya.. Begitulah..

Aku termasuk anak yang pendiam, jadi aku belum memiliki satu orang pun teman. Atau mungkin aku tidak akan memiliki teman. Aku tidak begitu tertarik tentang apapun dari sekolah ini. Sekalipun sekolah ini terlihat lebih modern karena terletak di Osaka.

Rumahku di Osaka juga sedikit lebih besar dari yang di Obiru. Tapi menurutku tetap Obiru lebih baik. Disana aku memiliki banyak teman. Teman-teman yang begitu berharga untukku. Meskipun bagaimanapun juga kau tidak dapat menyesali ini semua cukup sudah aku membantah orang tuaku.

**

"Bagaimana sekolahmu hari ini?" Tanya ibu padaku.

"Menurut ibu?" Jawabku singkat sambil berlalu.

Aku sedang malas berbicara pada orang tuaku sekarang. Aku masih kesal karena tidak didengarkan saat mereka mengambil keputusan untuk pindah. Semua terasa tidak adil untukku.

"Ibu tau kau marah." Kata seseorang dari balik pintu kamarku.

"Baguslah." Ucapku.

Ibu membuka pintu kamar yang memang sengaja tak aku kunci.

"Kau akan terbiasa. Ibu yakin suatu saat nanti kau tidak ingin pindah dari tempat ini."

Aku masih diam menatap lurus kedepan. Menahan emosiku karena kau tidak mau menyakiti ibuku. Meskipun aku marah aku harus tetap bisa menahannya. Bagaimanapun juga aku sudah dewasa. Dan itu adalah ibuku, aku tidak boleh menyakitinya

**

Sudah dua hari aku bersekolah di Hatakawa. Aku mulai terbiasa karenanya. Dengan suasana riuh ramai khas kota Osaka. Udara yang sedikit panas berbanding terbalik dengan udara didalam kelas yang begitu dingin. Tempat dudukku terasa begitu sejuk. Jika aku orang baru didunia ini, mungkin aku sudah mati kedinginan. Beruntunglah suhu tubuhku lebih panas dari orang biasanya.

Tak lama setelah kegiatan belajar-mengajar berakhir. Hujan mengguyur Osaka dengan derasnya. Gemuruh petir sesekali terdengar dengan keras. Aku menatap seorang perempuan yang aku kenal terlihat bingung.

"Kau kenapa?" Tanyaku.

"Belakangan ini hujan terus mengguyur Osaka tanpa henti. Ini tidak seperti biasanya." Jawabnya.

"Memang kenapa jika begitu?"

"Tidak apa-apa."

Aku menatapnya dalam-dalam. Dia terus menatap kelangit yang menumpahkan hujan. Hari semakin terasa gelap, tidak mungkin ia pulang sendiri.

"Ayo kuantar pulang." Tawarku.

"Kau sudah menolak apel dariku. Jadi aku juga harus menolak tawaranmu."

"Apa-apaan itu. Ayo ikut aku. Hari semakin gelap." Kataku sambil menarik tangannya.

Jumat, 07 Juni 2013

Sweetest Hurt 2 (Part 6 : Story Story)

"Ehmm.. Sepertinya itu Akira?" Kata Karin padaku tepat didepan Akira.

"Aku tau." Jawabku.

"Ehm.. Hanya begitu saja?"

"Memangnya aku harus mengatakan apa?" Tanyaku dingin lalu meninggalkan Karin.

Tanganku terus menuliskan huruf-huruf. Huruf-huruf yang merangkai kata-kata. Kata-kata yang berubah menjadi kalimat. Akan tetapi itu hanya kalimat biasa. Kalimat sederhana. Hanya berupa rumus-rumus matematika yang akan biasa kalian jumpai. Misaki duduk dibangkunya, lalu menatapku cukup lama.

"Aku memimpikanmu. Tapi ada Akira disana." Kataku setengh berbisik.

Haruka menengok dengan cepat padaku, sedikit mencondongkan badannya kearahku. Aku tersenyum dan mulai bercerita.

"Aku bermimpi kita sedang bermain game. Akira terus melihat game yang kau mainkan. Tapi ia malah duduk disebelahku." Jawabku.

"Wow.." Ucap Haruka dan Misaki bersamaan.

Tiba-tiba Nichan mendatangi kami. Aku, Haruka, dan Misaki terdiam dengan tatapan kami tajam kearah Nichan.

"Ada apa?" Tanyanya kebingungan.

"Tidak." Jawab Misaki.

Nichan terlihat penasaran. Tiba-tiba Shizuka datang.

"Pasti Akira?" Tebak Nichan.

Haruka mengangguk pelan.

"Aku bingung. Naomi itu suka pada siapa?" Tanya Shizuka polos.

"Kau ingin tau?" Tanyaku padanya.

"Iya." Jawab Shizuka setengah tertawa.

"Lihat siapa yang sering duduk dengan Kei? Itu dia orangnya."

Kami semua terdiam. Nichan yang tampak bingung memilih pergi meninggalkan kami, dan setelah itu kami tertawa pelan.

**

"Jangan diinjak lagi ! Itu sudah dibersihkan." Teriakku pada Geka, Keigo, dan Kei saat melihat mereka dengan santai menginjak-injak lantai yang sudah disapu bersih.

Mereka bertiga berdiri. Sebelum beranjak mereka sempat meninggalkan beberapa jejak debu dari sepatu masing-masing. Akira malah memainkan sapu lainnya. Memang ia sudah membersihkan lantai itu, tapi lantainya kotor kembali karena diinjak oleh Geka dan yang lainnya. Hinamori-sensei akan memarahi kami jik amelihat masih ada sudut yang kotor.

"Baiklah. Membela Akira." Kata Kei.

"Bukan begitu. Tapi semua juga lelah...." Jawabku hingga akhirnya Geka memotongnya.

"Bohong." Ucap Geka singkat.

Aku terdiam. Kesal karena tidak didengarkan, juga karena dibilang membela Akira. Hah.. Apa peduliku pada Akira. Yang lain jugakan yang akan membersihkan lantai itu lagi? Aih.. M-E-N-Y-E-B-A-L-K-A-N !!

Cerpen: "Pelangi Untuk Stella"



Aku tetap pada keinginanku, 15 menit lagi ! Dan sejak 15 menit lalu pula kakakku, Stella, terus mengoyang-goyangkan tubuhku yang tertutup penuh dengan selimut tipis yang dijahit sendiri oleh ibu.

            “Hai bangun !” teriaknya.

            “Hnn…” jawabku sambil tetap terbaring.

Teriakannya semakin keras, hingga akhirnya ia menarik selimutku.

“Stella !” teriakku dengan keras lalu merebut kembali selimutku.

“Ayo cepat bangun !”

“15 menit lagi !!”

Stella terdiam. Seketika hening.

“Baiklah jika itu maumu.” Ucapnya lalu pergi meninggalkan kamarku tanpa menutup pintu.

Aku bersyukur ia telah pergi, itu artinya aku bisa bebas. Sejujurnya aku tidak lupa jika hari ini keluargaku akan pergi kerumah nenek yang berada didaerah kaki gunung. Hanya saja aku mungkin agak sedikit lelah setelah begadang semalaman.

Menonton film tengah malam ataupun sampai malam adalah hobiku sejak dulu. Menurutku itu sangat menyenangkan. Terkadang aku bangun tidur disaat matahari telah menampakkan sinarnya. Dan aku bersyukur karena sekolahku dimulai tepat pukul 9 pagi.

Kembali kecerita sebelumnya. Aku menggunakan sisa waktu tidurku yang separuhnya telah digunakan untuk berdebat dengan Stella, yaitu untuk melanjutkan kembali tidurku. Akan tetapi…,

Ssrhs..

Aku mendengar suara air mengalir dan merasakan air itu mengalir didekat telingaku.

Ya Tuhan !! Ternyata Stella menyiramku dengan air yang ia ambil tadi saat pergi dari kamarku !

“Stella !” Bentakku.

Aku balas menyiramnya dengan segelas air diatas mejaku yang terletak tidak jauh dari tempat tidur, sayang sekali air itu hanya mengenai ujung rambut panjangnya yang terurai.


“Berani kau Grace !” Stella balas membentakku.

“Kalian berdua kenapa?”

Suara seorang laki-laki yang sangat hangat dan begitu kami kenal menghentikan perkelahian kami.

“Ayah..”

Stella terdiam. Begitupun aku.

“Kalian ini seperti anak kecil saja. Grace cepat bersiap, kau tidak lupakan hari ini kita akan pergi? Dan Stella, rapihkan dulu kamarmu.” Perintah ayah.

Kami berdua menuruti perintah ayah. Stella beranjak dari kamarku sambil tetap menatapku dengan sinis. Tidak mau kalah aku membalas tatapannya dengan lebih tajam lagi.

Sejak ibu meninggal dunia, aku dan Stella tidak pernah akrab. Kami selalu bertengkar dan mempermasalahkan sesuatu sekecil apapun masalah itu. Bahkan aku tidak ingat kapan terakhir aku memanggilnya dengan sebutan ‘kakak’.

Kami berangkat menuju rumah nenek sekitar jam 10 pagi. Memang cukup terlambat dari waktu yang direncanakan. Kami harus membereskan rumah terlebih dahulu, karena setelah mengantar kami dan menginap satu hari ayah akan melanjutkan perjalanan menuju bandara ke luar kota dan terbang dengan pesawat yang sudah dipesan sebelumnya.

Perjalanan dari kota ke kaki gunung sangat jauh. Benar-benar jauh. Memakan perjalanan kurang lebih 5 jam. Aku pikir ayah sangat hebat. Meskipun sudah tua ayah masih sanggup bekerja dan berpergian.

Setengah perjalanan kami dengan saling terdiam dan asyik sendiri dengan permainan kami masing-masing. Ayah yang mengendarai mobil sesekali mengajak kami bicara, tapi kami berdua menghiraukan gurauan ayah yang bermaksud mengajak kami tertawa. Betapa jahatnya kami.

“Kalian bosan?” Tanya ayah.

“Ayah ingin pilihan jujur, setengah jujur atau tidak jujur?” Tanya Stella.

“Terserah kalian.” Jawab ayah.

“Aku senang.” Ucap Stella.

Aku menahan tawa mendengar jawaban Stella. Ayah juga hanya tersenyum tipis. Kami tau, dia pasti sedang tidak jujur. Dia tidak bisa menyembunyikan hal apapun dari ayah ataupun aku.

“Kau Grace?” Tanya ayah padaku.

“Aku? Perjalanan kali ini adalah perjalanan paling sepi yang pernah kau lewati.” Jawabku.

Ayah kembail tersenyum tipis, Stella juga. Aku menunduk dan kembali memainkan games diponselku.

Beberapa jam kemudian kami sampai ditempat yang kami tuju, rumah nenek. Suasana santai dan udara hangat telah memasuki tubuh kami. Tepat jam 3 lewat 15 kami sampai ditempat tujuan kami. Sore hari akan sangat sayang bila dilewatkan, karena kita bisa melihat matahari terbenam dengan jelas disini.

Rumah nenek berada tidak jauh dari pagar tebing untuk melindungi kita semua jika ingin menikmati sore hari ditempat ini. Di beranda rumah nenek terdapat beberapa kursi dan sebuah meja kecil untuk minum teh. Lalu dihalaman sebelah kanan terdapat taman kecil yang berisi berbagai macam bunga, sedangkan disebelah kiri terdapa sumur kecil dan air mancul yang juga berukuran kecil.

“Kalian sudah makan siang? Ayo kita makan.” tawar nenek pada kami.

Nenek sangat pintar memasak. Dulu saat musim panas, nenek, ibu, aku dan Stella sering membuat kue bersama lalu dibagikan kepada para tetangga didekat rumah nenek. Nenek mengajari aku dan Stella dengan sangat sabar. Nenek merupakan pribadi yang sangat baik untuk dicontoh. Dia sangat baik.

**

“Kalian masih sering bertengkar?” Tanya nenek pada aku dan Stella.

Aku menunduk dan tersenyum malu. Stella mengangguk pelan dengan ragu. Lalu nenek ikut tersenyum.

“Kejadiannya sudah 5 tahun yang lalu, tapi ternyata sampai sekarang kalian masih bertengkar. Kalian harus akur.” Nasehat nenek menyentuh tepat hati kami.

Kami berdua mengangguk. Sedangkan ayah hanya tersenyum menahan tawa.

Saat matahari mulai terbenam, aku dan Stella duduk dipagar tebing yang kebetulan tidak terlalu tinggi dan terbuat dari besi. Ini menjadi sebuah kebiasaan kami jika sedang berlibur dirumah nenek.

Saat musim semi desa tempat nenek tinggal akan terlihat jauh lebih indah. Lebih banyak bunga-bunga yang bertebaran dimana-mana, udara hangat jauh lebih terasa dibanding musim panas. Jauh lebih indah, tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

“Bunga nenek cantik ya. Andai saja aku bisa menanamnya di kota.” Ujar Stella.

Cukup mengagetkan. Ya, aku jarang sekali bicara dengannya. Biasanya aku bicara dengannya saat bertengkar saja.

“Memangnya kenapa tidak bisa?” Tanyaku.

“Terlalu banyak polusi.”

Aku mengangguk. Stella memang sangat suka pada bunga. Dulu ibu sangat sering memberikan Stella bunga. Ibu memang pernah mengatakan bunga yang sering terkena polusi maka akan tidak akan tumbuh dengan bagus, entah warnanya yang pudar atau yang lainnya.

“Stella dimana nek?” Tanyaku.

“Ditaman.”

“Lagi?”

“Iya, dia sangat suka disana.” Kata nenek sambil tersenyum manis.

Aku menghampiri Stella yang berada ditaman.

“Mau jalan-jalan.. Kak?” Tawarku. Kakak, ya aku memanggilnya kakak.

Ia mengangguk senang. Dijalan-jalan menuju lapangan tempat biasa diadakan festival tahunan tedapat banyak sekali bunga. Terlebih di lapangan festival itu sendiri.

Kami berdua menelusuri jalan setapak yang masih berupa tanah yang masih sangat subur. Stella terlihat sangat menikmati penjelajahan kecil kami. Aku tau sebenarnya dia sangat ingin berjalan-jalan, hanya saja ia tidak memiliki teman.

Sampai ditaman festival, kami duduk dibangku taman yang terdapat di pojok taman. Kami duduk bersebelahan lalu mengobrol panjang membahas bunga.

“Aku ingin sekali tinggal disini.” Ucap Stella.

“Haha.. Disini sekolah berjarak sangat jauh. Ayah tidak akan mengijinkannya. Oh iya, ayah sudah berangkat?” Kataku.

“Iya.” Stella mengangguk. Mungkin tidak, tapi aku akan memilih tinggal disini begitu lulus sekolah nanti, dan bekerja menjadi seorang penjual bunga.” Lanjut Stella.

“Kau serius?”

Stella mengangguk cepat. Sepertinya ia sangat yakin dan tahu persis apa yang sedang ia bicarakan. Aku tersenyum. Keinginannya sangat keras, aku percaya tidak ada yang sanggup melarangnya.

**

“Kau ingat kapan ulang tahun Stella?” Tanya nenek.

“Iiiiyaaa.. 1 bulan lagi.” Jawabku.

“Nenek punya kejutan untuknya.”

“Apa itu?”

Nenek membisikanku. Cemerlang ! Aku sangat suka rencana nenek ! Keren ! Umm.. Nanti kalian akan aku beritahu apa itu J

Hari esoknya kami memulai rencana kami dengan memanfaatkan tanah nenek yang berada disisi lain desa. Cukup jauh dan Stella tidak akan mau pergi kesana. Ya,  kami akan membuat sebuah taman pelangi untuk Stella ! Aku yakin dia akan senang. Karena pengerjaannya cukup lama, kami sengaja untuk memulai jauh-jauh hari.

Taman ini sengaja ingin nenek buat karena nenek tau cita-cita Stella yang ingin menjadi seorang penjual bunga. Memang terlihat sederhana. Tapi dia sangat mencintai hal itu.
3 hari sebelum ulang tahun Stella, kami sengaja pergi pagi-pagi buta dan pulang saat tengah hari. Aku rasa Stella pasti curiga dengan apa yang aku dan nenek lakukan. Tapi biarkanlah..

**

“Selamat hari spesial !” Teriakku lalu menarik selimut Stella.

“Grace?” Stella tampak kebingungan.

“Iya. Hari special.” Jawabku mencoba mengingatkannya.

“Hari ini..? Grace, aku tidak menyangka kau akan ingat hari ulang tahunku.” Ucap Stella lalu memelukku.

Aku tersenyum hangat lalu memeluknya. Aku merasa semakin lama kami semakin dekat dan ini sangat membuatku bahagia.

“Nenek mana? Ayah? Ayah janji pulang hari ini.” Ujar Stella.

“Nenek sedang keluar untuk membeli kue. Penerbangan ayah dijadwalkan malam hari nanti sekitar pukul 11 malam.” Jawabku.

Stella tampak sedikit kecewa. Tapi aku juga dapat melihat senyuman manis terpancar dari bibirnya yang manis. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya nenek pulang membawa sebuah kue coklat berukuran sedang kesukaan Stella. Aku dan nenek tidak sempat membuat kue karena terlalu sibuk dengan kebun.

“Kuenya terlalu besar untuk kita bertiga.” Kata Stella.

Aku dan nenek hanya tersenyum mendengar kata-kata Stella.

Ulang tahun Stella kali ini tidak terlalu spesial seperti biasanya. Kami tetap harus melakukan seluruh pekerjaan rumah seperti biasa. Hanya saja ada sedikit yang berbeda…

Menjelang matahari terbenam, aku mengajak Stella dan nenek untuk melihat matahari terbenam. Lebih indah dari biasanya.

“Akan lebih indah bila ada ayah dan ibu.” Ujar Stella menahan tangis.

Aku dan nenek tertawa dan memeluk Stella. Dia juga memeluk kami dan tertawa.

Setelah matahari terbenam, aku dan nenek memulai kejutan di kebun untuk Stella. Kami menyelusuri jalan setapak yang sedikit lebih besar sambil bergurau dan tertawa. Menceritakan masa masa lalu yang lucu dan indah.

Kebun terlihat gelap dan biasa saja. Akan tetapi setelah ayah menyalakan lampu taman… Pelangi pun seperti terpancar dari warna warni bunga yang aku dan nenek tanam dengan rapih. Stella terkejut, terlebih karena tiba-tiba ada ayah dikebun itu.

Mula mula Stella tersenyum, tertawa, lalu menitikkan air mata sambil tetap tertawa.

“Ya Tuhan, terima kasih.” Stella menyeka air matanya.

Nenek memeluk Stella, ayah juga memeluk Stella, tidak mau ketinggalan akupun memeluk Stella. Kamipun berpelukan layaknya sebuah keluarga yang sangat bahagia. Kami merasakan ibu juga ikut memeluk kami saat ini.

Indah, bahagia, dan menyenangkan. Aku tidak tahu apakah kalimat itu memiliki arti yang dekat atau tidak. Yang aku tahu saat ini aku sangat bahagia ditengah keluarga yang menyenangkan ditempat yang begitu indah.

Mulai detik ini aku dan Stella akan menjadi sepasang adik-kakak ‘sesungguhnya’. Cinta keluarga yang aku dapatkan sangat hangat dan besar, lebih besar dari cinta sahabatku kepadaku, dan tentunya lebih besar dari cinta seorang yang sebelumnya bukan siapa-siapa untukku.

Sukses ! Kejutan untuk saudariku tercinta, Stella. Yap, kebun pelangi… Pelangi untuk Stella